08
Jun

Didik Anak-Mu Dengan Sunnah

Kita saat ini hidup di zaman yang berbeda dengan anak-anak kita. Peluang dan tantangannya tentu juga berbeda. Namun pertanyaannya bagaimana cara mengatasi ini semua.

Kadang orang tua bingung, anak sulit di nasihati. Dinasihati satu kata, balasannya bisa dua tiga kata. Bahkan bisa jadi orang tuanya malah dikata-katai oleh anaknya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan anak-anak kita.

Islam sebagai agama solusi. Agama yang bisa menjawab tantangan setiap zaman. Islam tidak ketinggalan zaman. Tapi islam berlaku sepanjang zaman.

Hakekat anak

Islam memberitahu kepada kita anak lahir dalam kondisi fitrah. Tidak ada anak dilahirkan kedunia ini dalam kondisi nakal. Ibarat seperti kertas putih tinggal siapa yang akan mewarnainya.

Orang tua selaku penanggung jawab ketetapan fitrah anak-anak itu. Kelak mereka diakhirat akan dimintai pertanggungjawaban itu semua.

Dalam mengamalkan Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah memberikan perangkatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai publik figur dalam mengamalkan Islam ini.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bisa dikatakan sebagai akademisi dan sekaligus praktisi dalam dunia mendidik anak. Buktinya hasil didikan beliau menjadi anak-anak yang shalih. Mereka dikemudian hari siap memperjuangkan Islam sampai mendapatkan kemenangan.

Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu dengan mengikuti sunnah-sunah beliau. Sebelumnya perlu diluruskan dulu apa itu sunnah dalam pembahasan kita ini. Sunnah itu adalah perkataan, perbuatan, sifat dan ketetapan nabi.

Mungkin ada yang bertanya kenapa harus mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam mendidik anak. Apa saja kelebihan dan keunggulannya.

Pertama, Ada rekomendasi dari Al Qur’an bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sauri teladan dalam kehidupan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Kedua, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam potret bapak yang sukses dalam mendidik anak-anak.

Kalau kita melihat sirah nabawiyah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam manusia yang luar biasa. Bagaimana tidak, beliau seorang pedangang, nabi dan rasul, pemimpin umat, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pula seorang panglima perang. Tapi beliau masih menyempatkan diri untuk mendidik anak-anaknya dan cucu-cucunya.

Ketiga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah manusia yang maksum (terjaga dari kesalahan).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah potret manusia yang ideal. Beliau bisa dijadikan contoh kemuliaan dalam segala lini kehidupan. Beliau juga seorang manusia yang baik dari sisi aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Bahkan beliau sosok manusia yang rahmatal lil’alamin iya beliau itu.

Praktek Sunnah

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam mengajarkan itu bukan sekedar teori semata. Tetapi beliau juga praktisi yang langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beliau juga komitmen apa yang beliau katakan, beliau juga yang terdepan dalam mengerjakan.

Anak-anak itu terdiri dari dua unsur: Pertama, Jasmani dan Kedua Rohani. Bagaimana sunnah nabi mengajarkan kita untuk menjaga dua unsur ini.

Jasmani itu adalah perkara yang kehilatan oleh mata kepala kita. Maka pangkal kesehatan fisik anak-anak itu paling tidak ada tiga hal, pertama, menjaga stamina tubuh anak. kedua, menjauhi faktor yang bisa mendatangkan penyakit anak. ketiga, membuang unsur yang sudah terkena penyakit.

Sunnah mengajarkan kepada kita untuk menjaga stamina jasamani anak. Paling tidak ada dua cara secara sunnah.
Pertama, menjaga pola makan anak.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajari kita untuk memperhatikan pola makan anak-anak kita. Orang tua harus memperhatikan setiap makanan yang masuk kedalam tubuh anak. Mereka harus mengusahakan semaksimal mungkin apa yang masuk itu adalah makanan yang halal dan thayibban.

Buat apa makanan yang mengandung unsur 4 sehat 5 sempurna kalau tidak halal. Dampaknya hilangnya barakah dari makanan itu dalam tubuh anah.

Lebih baik makanan yang halal terus mengandung 4 sehat 5 sempurna. Intinya silahkan makan apa saja, yang penting halal dan thayib. Dan makan dan minum silahkan yang penting jangan berlebih-lebihan.

Kedua, Pola olah raga

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajari kepada orang tua. Supaya orang tua itu mengajari anak-anak mereka bisa berenang, menunggang kuda dan memanah. Dengan berenang anak itu akan belajar keberanian, ketenangan, dan pengendalian diri.

Dengan menunggan kuda anak akan bisa melatih ketangkasan, keberanian, dan keseimbangan. Dengan memanah anak itu akan belajar kekuatan, ketenangan dan fokus untuk membidik sasaran.

Kalau untuk menjaga rohani anak. Ibarat badan itu kalau sehat maka makan apa saja akan enak. Dikasih bakso akan makan dengan enak. Dikasih gulai makan dengan lahap.

Namun, ketika badan itu sakit. Anak suruh makan tidak akan mau. Diiming-imingi ini dan itu hanya dijawab dengan geleng kepala.

Demikian rohani anak itu juga perlu nutrisi atau makanan. Agar terjaga hati mereka agar tetap sehat dan selamat.
Makanan rohani atau hati buat anak itu adalah amal ibadah. Ibadah yang diperlukan anak itu adalah shalat, dzikir, baca al qur’an. Tetapi dalam memberikan perintah itu semua juga harus bertahap.

Maka nantinya dengan amal ibadah-ibadah itu. Anak-anak akan memiliki jiwa yang tenang, terjadi dari godaan syaitan dan hawa nafsu. Karena mereka memiliki benteng langit yang dihasilkan dari ibadah itu.

Mendidik Ibarat Petani

Wahai orang tua, mumpung anak-anak kita masih kecil. Biasakan anak kita dengan sunnah. Ada sebuah pepetah, ala bisa karena bisa.

Imam al Ghazali memberitahu kepada kita. Mendidik anak itu ibarat petani. Ketika mereka ingin sukses harus melakukan panca usaha tani. Pertama, memilih bibit yang unggul. Kedua, Mengolah lahan. Ketiga, Memupuk. Keempat, menyirami. Dan kelima memberantas hama.

Kemudian ketika petani benar-benar mengamalkan itu semua. Tentu mereka menjadi petani sukses insyaallah.
menanam dan merawat tanaman itu sejak dini. Maka tanaman itu akan tumbuh menjadi tanaman yang bagus, elok dan sejuk, enak dipandang mata.

Demikian anak-anak kita, kalau sejak kecil kita biasanya dengan suatu kebaikan. Mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yang menjadi qurrata a’yun bagi ayah dan ibunya.

Namun, berbeda ketika anak itu dibiarkan tanpa didik dan dibiasakan mengamalkan kebaikan. Anak-anak itu akan lambat laun akan tumbuh menjadi anak-anak yang besat. Ketika dia sudah besar ketika melakukan kemaksiatan. Kemudian diluruskan atau dibenarkan tentu akan kesulitan.

Ibarat seperti tanaman, ketika sudah tumbuh besar. Ketika mau diluruskan dan dibentuk tentu akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, jangan hilangkan kehilangan momentum ketika anak masih kecil ini. Didik anak-anak kita dengan sunnah sejak dini.

Oleh : Ust. Abu Khalid Anwar Adz Dzaky